10 September 2010


PIMPINAN BPPKP KAB. SINJAI
beserta
TIM P3TIP/FEATI KAB. SINJAI

mengucapkan

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
1 SYAWAL 1431 H/2010 M
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN

05 April 2010

Pedoman Kerja Tim Penyuluh Lapangan (TPL)

RINGKASAN PEDOMAN KERJA TIM PENYULUH LAPANGAN (TPL)


Pengertian


Penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan.

Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan.

Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.

Tujuan

1. Memberikan acuan kerja bagi Tim Penyuluh Lapangan (TPL) dalam melaksanakan tugasnya.
2. Menciptakan mekanisme kerja TPL yang kondusif dalam memfasilitasi kegiatan penyuluhan di desa/kelurahan.
3. Meningkatkan kinerja penyuluh pertanian PNS, penyuluh pertanian swasta dan penyuluh pertanian swadaya yang bekerja secara tim dalam memfasilitasi penyuluhan pertanian di ti ngkat desa/kelurahan.

Selengkapnya dapat diunduh/didownload di SINI

01 April 2010

Produksi Jagung Sulawesi Selatan untuk Swasembada Berkelanjutan dan Diversifikasi Pangan

Produksi Jagung Sulawesi Selatan untuk Swasembada Berkelanjutan dan Diversifikasi Pangan



JENEPONTO. Pada tanggal 22/03/2010 Menteri Pertanian RI Ir. H. Suswono, MMA melakukan panen jagung di Desa Samataring, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto, Propinsi Sulawesi Selatan didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian Propinsi mewakili Gubernur Sulawesi Selatan dan Bupati Jeneponto. Dalam kata sambutannya Menteri Pertanian Ir. Suswono, MMA antara lain mengatakan bahwa sektor pertanian berperan penting dan strategis karena merupakan kapital atau modal yang sangat besar yaitu mencakup luas panen sekitar 12 juta hektar, menyerap tenaga kerja sekitar 42 juta orang, dan juga berkontribusi sangat besar dari sisi pendapatan rakyat, pertanian juga merupakan penyedia bahan baku seperti jagung yang banyak dibutuhkan untuk bahan pakan ternak. Hal penting yang harus kita ketahui adalah bahwa ke depan kebutuhan bahan pangan termasuk jagung akan bersaing dengan kebutuhan energi (biofuel).

Dalam kaitannya dengan isu pemanasan global, Menteri Pertanian mengingatkan bahwa pertanian tidak dapat terlepas dari kebutuhan air, dimana ketersediaan air ini adalah merupakan persoalan iklim, oleh karena itu kita harus mengurangi terjadinya pemanasan global ini antara lain dengan cara banyak menanam pohon dan mengurangi emisi.


Mengenai ketersediaan pangan, Menteri Pertanian mengatakan bahwa kita patut bersyukur karena produksi padi dan jagung selama 3 tahun terakhir sangat menggembirakan. Khusus untuk Jagung mengalami peningkatan produksi rata-rata 15,02 % pertahun, sehingga kita dapat swasembada jagung sejak 2008 yang diantaranya merupakan kontribusi dari Kabupaten Jeneponto. Adapun propinsi Sulawesi Selatan merupakan sentra produksi jagung urutan 4 di Indonesia. Sulawesi Selatan mengalami peningkatan produksi jagung 25,76% pertahun, dengan jumlah produksi mencapai 1,2 juta ton pipilan kering, dan memberikan kontribusi 7,5% terhadap produksi jagung nasional.


Adapun dalam hubungannya dengan pencapaian target diversifikasi pangan, pada kesempatan tersebut Menteri Pertanian meminta kepada ibu-ibu yang hadir untuk mulai mengakrabkan anak-anaknya terhadap bahan pangan selain beras, karena kita memiliki banyak sumber karbohidrat lain disamping beras seperti jagung, kedele, ganyong, tales, sukun, sagu, sorgum dan lain-lain. Pada kesempatan tersebut Menteri Pertanian menjelaskan tentang empat Target Sukses Pertanian dan 7 Gema Revitalisasi Pertanian yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.


Sebelum melakukan panen jagung di Jeneponto, bertempat di Kabupaten Pangkep Menteri Pertanian juga berkesempatan menghadiri acara pencanangan penanaman 2,2 juta pohon yang ditanam di 180 kecamatan dengan melibatkan warga dari 1.133 desa di 24 kabupaten/kota, yang dirangkaikan dengan transplantasi terumbu karang dan penebaran bibit ikan air tawar pada perairan di 12 kabupaten/kota di seluruh propinsi Sulawesi Selatan. Acara pencanangan yang juga terkait dengan program “Sulsel Go Green” ini juga dihadiri oleh Menteri Kehutanan serta Menteri Kelautan dan Perikanan.

Empat Langkah Mudah Olah Sampah RT Jadi Kompos

Empat Langkah Mudah Olah Sampah RT Jadi Kompos

Skema Wadah Kompos Dapur


Siapa yang tak pusing dengan limbah atau sampah rumah tangga yang semakin hari semakin bertambah? Bahkan pemerintah daerah sekelas ibukota pun kewalahan menanganinya. Tak ada salahnya sebagai warga yang baik kita bantu pemerintah mengurangi sampah hasil rumah tangga dengan cara mengolahnya menjadi kompos, suatu pupuk organik yang merupakan hasil penguraian atau dekomposisi bahan organik (tanaman, hewan, sampah) yang dilakukan oleh mikroorganisme aktif (bakteri dan jamur).

Kompos memiliki kegunaan, antara lain, i) memperbaiki struktur tanah; ii) memperbesar daya ikat tanah berpasir; iii) menambah daya ikat air tanah; iv) memperbaiki drainase dan tata udara tanah, serta v) mengandung hara (tergantung bahan bakunya).

Namun tak semua sampah rumah tangga bisa dibuat kompos. Hanya Sampah yang berasal dari dapur seperti kulit buah, sisa sayur, sisa buah, sisa makanan dan sampah kebun (dedaunan, rumput dll) yang dapat dibuat kompos.

Langkah awal membuat kompos adalah sediakan wadah untuk pengomposan. Tempat pengomposan dapat bermacam-macam, seperti lubang dalam tanah, bak, drum, baskom, dan sebagainya. Syaratnya adalah wadah tidak terkena hujan secara langsung. Jika wadah yang dipergunakan berupa drum atau baskom plastik, hendaknya dilubangi pada bagian dasar sebanyak lima lubang dan diletakkan di atas susunan batu bata.

Cara Membuat Kompos
Tidaklah sulit untuk membuat kompos dari limbah dapur tersebut. Berikut ini langkah-langkah pembuatannya.

1. Pemisahan sampah
Pisahkan sampah organik dari sampah anorganik (plastik, kaleng, karet). Sampah organik berupa sisa makanan, kulit buah, sisa sayuran. Sampah yang berukuran besar sebaiknya dipotong/dicacah terlebih dahulu.
2. Pencampuran
Isi wadah dengan kompos lama setinggi 1/3, selanjutnya sampah dapur dimasukkan. Aduk bahan secara merata. Bahan bisa ditambah serbuk gergaji atau pupuk kandang dan organisme perombak limbah/ragi kompos (Tricholant). Tutup wadah dengan karung/plastik.
3. Pematangan
Aduk sampah setiap 7 hari, selama proses berlangsung suhu bahan berkisar 30-70 oC. Memasuki minggu ke-5 atau ke-6, kompos sudah jadi. Cirinya adalah tidak berbau busuk, berbau tanah, warna coklat kehitaman dan suhu 30-32 oC.
4. Pengayakan dan Pengemasan
Kompos yang sudah matang diayak untuk memperoleh hasil seragam, lalu dikemas dalam plastik.
Untuk mendapatkan pupuk kompos yang baik, beberapa fisik bahan yang dapat dilihat secara visual dan dirasakan, antara lain, i) warna kompos coklat kehitaman; ii) tidak berbau busuk atau menyengat, tetapi berbau tanah tanah; iii) berbutir halus, lunak ketika dihancurkan dengan jari-jari tangan; iv) delama dalam pengomposan suhu bahan organik berkisar 30-70 oC; v) kelembaban bahan organik berkisar 40-60 oC; dan vi) derajat kemasaman pH kompos berkisar antara 6,5-7,5.

Tak sulit bukan untuk bisa membantu pemerintah menanggulangi masalah sampah? Jadi, mulai saat ini marilah kita sediakan dua tempat sampah di dapur kita. Satu untuk sampah dapur organik, dan satu lagi untuk yang anorganik.

19 Oktober 2009

Lo-Loh, Jamu Tradisional Untuk Sapi


Lo-Loh, Jamu Tradisional Untuk Sapi

Sebagian orang mungkin akan merasa heran dengan adanya jamu tradisional untuk sapi. Pada umumnya yang dikenal orang adalah jamu untuk dikonsumsi oleh manusia, seperti jamu tolak angin dan berbagai jenis jamu lainnya dengan khasiat tertentu termasuk penambah nafsu makan. Sedangkan jamu untuk ternak oleh sebagian masyarakat Lombok dikenal dengan sebutan Lo-Loh. Jamu ini terbuat dari berbagai macam bahan rempah-rempah dan bumbu masakan yang biasa digunakan oleh para ibu rumah tangga sebagai penyedap rasa. Kemungkinan setiap wilayah memiliki ramuan jamu yang berbeda-beda tergantung pembuatnya.

Para pembuat jamu ini sebagian besar masih merahasiakan resepnya, karena mereka memproduksi dan kemudian menjual kepada para peternak. Jamu ini dipercaya memiliki khasiat untuk menambah nafsu makan ternak. Sementara ini lebih banyak diberikan pada ternak sapi yang digemukkan. Peternak menginginkan sapi-sapi yang dipeliharanya dapat cepat besar dalam waktu yang singkat agar mereka mendapatkan harga yang tinggi setelah dipelihara selama beberapa waktu.

Pada usaha penggemukan, sapi dipelihara untuk menghasilkan daging, dan hal ini ditentukan oleh peningkatan berat badan ternak selama kurun waktu tertentu. Pertambahan berat badan diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetis ternak dan lingkungan termasuk pakan yang diberikan (kuantitas maupun kualitasnya). Ternak sapi yang dipelihara peternak di NTB sebagian besar adalah bangsa sapi Bali, sebagian lainnya merupakan sapi potong unggul seperti Simental, Limousine dan Bangus (keturunan Brahman-Angus). Pada kondisi yang sama pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi lokal (sapi Bali) lebih rendah dibandingkan sapi-sapi potong unggul.

Ternak dapat hidup dan berproduksi membutuhkan makanan yang cukup sesuai kebutuhannya. Kebutuhan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba biasanya diperhitungkan berdasarkan berat badannya yaitu seberat 3% dari berat badan ternak dalam bentuk bahan kering (BK). Hal ini karena hijauan makanan ternak memiliki berat kering yang berbeda maka yang digunakan sebagai patokan perhitungan adalah dalam bentuk bahan kering. Pemberian jamu dimaksudkan agar nafsu makan ternak meningkat sehingga terjadi peningkatan PBBH. Jika ternak lekas gemuk, maka dapat lebih cepat dijual sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal.

Di Desa Tebaban, Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, sedang dilaksanakan kegiatan untuk menguji pengaruh jamu tradisional terhadap pertambahan berat badan harian ternak sapi jantan yang digemukan. Kegiatan tersebut merupakan Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya Lokal 2009 yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI). Obyeknya adalah sapi Simental jantan berumur sekitar 1 tahun, dan sapi Bali dengan beberapa tingkatan umur. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui jumlah konsumsi pakan pada ternak-ternak sapi yang diberikan jamu tradisional; 2) mengetahui efektifitas jamu tradisional terhadap peningkatan berat badan harian ternak sapi pada beberapa tingkatan umur dan bangsa ternak potong. Jamu diberikan seminggu sekali, sebanyak 10 butir/ekor. Untuk mengetahui efek jamu tersebut dilakukan penimbangan ternak secara berkala dan pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi per hari.

Kegiatan yang didanai dari Program P4MI pada BPTP NTB ini telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 dan pengamatan akan berakhir pada bulan September 2009. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek jamu tradisional (lo-loh) pada penggemukan ternak sapi. Selama ini jamu semacam itu hanya diasumsikan dapat menambah nafsu makan ternak dan mempersingkat waktu penggemukan. Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penggunaan jamu tradisional pada usaha penggemukan ternak sapi khususnya.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com